Jumat, 21 Maret 2008








Hari Kamis tanggal 19 Maret 2008. Sore hari, aku bersama Agen Ayu menuju kantor salah seorang calon nasabah, namanya pak RS. Dengan menggunakan XH kami menuju salah satu kawasan industri di kota Semarang. Setelah lama muter-muter, sampai juga kami ke kantor pak RS. Sudah setengah enam sore. Ada sedan hitam di depan kantor. Pasti itu punya pak RS.

Kami temui mas Security. Kami sampaikan kalau kami mau ketemu pak RS. Yakin aja, meski kami belum sekali pun pernah ketemu. Segera kami diantar ke ruangan beliau. “Mari, silakan”, beliau menyambut kami. Ada kehangatan dalam nada suaranya. Saya harus mengakui bahwa beliau sangat menghargai tamunya. Beliau mau menemui kami, yang sudah satu setengah jam terlambat dari waktu yang dijanjikan. Ini karena kami harus berulang-ulang menanyakan lokasi pertemuan karena ketidaktahuan kami.

Dari percakapan selanjutnya kami mengetahui bahwa pak RS sudah memiliki 5 polis. Banyak juga ya. Tiga untuk ketiga putranya. Satu untuk istrinya dan satu lagi untuk beliau. Kami tekankan perlunya Proteksi Income buat keluarga. Polis pak RS sendiri memang baru menekankan Proteksi Dana Hari Tua (baca : Dana Pensiun). Proteksi Income sendiri bermakna pengganti income yang terputus karena meninggal. Konsepnya income x 12 : 10%. Jadi income 10 juta per bulan perlu memiliki Proteksi Income senilai 1,2 Milyar. Angka ini diperoleh dari 120 juta per tahun dibagi 10% sebagai rate deposito.

Nah, jika kelak di kemudian hari, nasabah meninggal. Keluarganya akan mendapat 1,2 Milyar + hasil investasi. Dana 1,2 M tersebut bila didepositokan dengan rate 10% per tahun akan menjadi 10 juta per bulan, sama dengan income nasabah sebelum meninggal. Dana 1,2 M sendiri menjadi dana abadi. Belum ditambahkan dengan hasil investasi yang terbentuk. Dengan demikian masa depan keluarga telah dilindungi melalui Proteksi Income ini. Kenapa harus begitu? Karena kematian bisa datang tiba-tiba. Karena kematian tidak memilih tempat dan waktu.

Karena kebutuhan tidak mau tahu. Semua harus dibayar pada waktunya. Lewat waktu, listrik diputus – meteran air disegel – telpon diputus. Nomor handphone juga bisa hangus. SPP tetap harus dibayar. Belanja tetap harus dilakukan. Semua butuh biaya, dan santunan asuransi bisa memastikan semua kebutuhan tetap terbayar pada waktunya. Namun asuransi harus dibeli pada saat kita merasa tidak butuh. Jika baru mau membeli setelah menderita sakit keras, tak satu perusahaan pun mau menerima. Mumpung sehat belilah asuransi. Sesuaikanlah dengan kebutuhan Anda.

Pak RS akhirnya menyetujui konsep Proteksi Income. Beliau menyadari bahwa resiko bisa terjadi setiap saat. Akhirnya beliau minta dibuatkan ilustrasi dengan Uang Pertanggunan 500 juta dan 1 Milyar. Pilihannya akan ditentukan kemudian. Hari senin kami berjanji untuk menyerahkan ilustrasinya. Kami segera pamit, dan pak RS pun meluncur menjemput putranya yang selesai les di seputar kawasan Beringin. Kami pun pulang untuk menyiapkan ilustrasinya.

Pembaca yang budiman, kirimkanlah email dengan menyebutkan nama dan nomor hp ke whisnunugroho@gmail.com, dan akan saya kirimkan e-book PROTEKSI INCOME untuk Anda free. Terima kasih.

Sabtu, 12 Januari 2008

Sinar Perenggut Income

Kalender menunjuk tanggal 12 Januari 2008. Hari Sabtu tengah hari saya berkenalan dengan seorang nasabah perusahaan asuransi yang telah diakuisisi oleh Sequislife. Saat ini kewajiban perusahaan tersebut beralih ke Sequislife, sehingga nasabah tersebut melakukan pembayaran melalui kantor Sequislife. Namanya pak Adi (disamarkan). Saat itu kami larut dalam pembicaraan mengenai perlunya program Proteksi Income bagi keluarga. Dan kisah ini kemudian meluncur sehingga dapat Anda baca melalui blog ini.


Saya punya teman bernama Sandi (disamarkan). Saat itu pak Sandi berusia 34 tahun. Anak yang pertama sekolah di play group, berusia sekitar 4 tahun. Anak kedua masih dalam kandungan istrinya. Dengan postur tinggi besar selama ini pak Sandi sehat-sehat saja. Beliau suka sekali berkebun. Pembawaannya selalu ceria dan suka menolong orang lain. Wajar beliau disukai banyak kawan. Istrinya seorang ibu rumah tangga yang baik. Sudah enam tahun pak Sandi menjadi rekan sekerja saya di salah satu perusahaan telekomunikasi.


Suatu hari beliau harus lembur dan pulang malam, sekitar jam 9. Dalam kondisi capek dan ngantuk, pak Sandi pulang naik motor. Tiba-tiba ada sorot lampu mobil yang menusuk lensa matanya. Pak Sandi kaget dan jatuh. Malang tak dapat ditolak, tulang belakang pak Sandi sampai patah karena terbentur batu-batu di pinggir jalan. Dalam kondisi setengah tidak sadar, pak Sandi dibawa ke salah satu rumah sakit terdekat. Karena fasilitas kurang mendukung, tengah malam itu pak Sandi dipindahkan ke rumah sakit lain yang lebih lengkap.


Kejadian di atas terjadi di salah satu hari di bulan Agustus 2006. Hari demi hari pak Sandi mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan ditunggui oleh saudara dan keluarganya. Dokter tidak berani melakukan operasi karena peluang berhasil tidak terlalu besar. Minggu berlalu, bulan berlalu. Beruntunglah keluarga pak Sandi karena perusahaan tempat pak Sandi mengcover biaya perawatan di rumah sakit. Kalender sudah masuk bulan terakhir, pak Sandi belum menunjukkan tanda-tanda membaik.


Pak Sandi punya kakak yang rajin menunggui di rumah sakit. Saat itu salah satu kakak lainnya tengah menderita kanker. Kakak ini sangat disayangi pak Sandi. Dalam kondisi yang sama-sama sakit, tentu pak Sandi tak bisa menunjukkan perhatiannya. Di tengah perawatan dengan kondisi pak Sandi yang tidak stabil, kakak yang menunggui pamit ke luar kota. Karena tak juga menunjukkan perbaikan, akhirnya pertengahan Desember keluarga menempuh pengobatan alternatif di kota P. Sekitar 2 minggu pak Sandi menjalani perawatan alternatif.


Lama sang kakak tak kembali, membuat pak Sandi jadi gelisah. Berita yang datang menyebutkan kakak yang menderita kanker sudah meninggal. Kondisi pak Sandi berangsur-angsur drop karena kakak yang meninggal termasuk kakak yang disayanginya. Seminggu dari berita meninggalnya kakak, pak Sandi menghembuskan nafas terakhir pada saat anak keduanya berumur satu minggu. Kalender menunjukkan tanggal 25 Desember 2006.”


Pembaca, sangat tidak terduga bahwa seberkas sinar bisa merenggut income dari pemiliknya. Akibatnya sangat fatal karena kedua anak yang relatif masih sangat kecil tetap memerlukan biaya untuk hidupnya, untuk pendidikannya. Dan jumlahnya sangat besar. Istri yang tiba-tiba ditinggal seringkali dalam kondisi yang tidak siap bekerja. Ini merupakan malapetaka finansial.


Karena kita tidak tahu sampai kapan usia berakhir, sebaiknya malapetaka finansial ini perlu kita antisipasi dengan membeli program Proteksi Income. Program ini akan memproteksi income Anda sehingga ketika hidup harus berakhir, keluarga tetap mendapatkan haknya. Yaitu income yang selama ini diberikan oleh suami/ayah.


Bila Anda sangat mencintai keluarga, lindungilah income Anda selagi sempat. Resiko sakit/meninggal yang sewaktu-waktu datang bisa merenggut income Anda dari dompet keluarga. Bagaimana menghitung Uang Pertanggungan yang harus Anda miliki?


Tulislah income per bulan yang Anda miliki. Misalnya, 10 juta sebulan. Kalikan angka tersebut dengan 12, jumlah bulan dalam setahun. Misalnya, 10.000.000 x 12 = 120.000.0000. Saat ini rate deposito tertinggi adalah 8%. Untuk memudahkan perhitungan, anggap saja 10%. Bagilah hasil perkalian tadi dengan 10%. Misalnya, 120.000.000 : 10% = 1.200.000.000. Angka inilah yang harus Anda tentukan sebagai Uang Pertanggungan. Bagaimana angka ini bisa melindungi income?


Jika pembaca meninggal dunia, Sequislife akan menyerahkan nilai 1.200.000.000 kepada istri. Nilai ini sebaiknya didepositokan dengan rate mendekati 10%, sehingga keluarga akan tetap mendapatkan 10% x 1.200.000.000 = 120.000.000 setahun. Angka ini menjadi 10.000.000 sebulan. Sama seperti income suami/ayah semasa hidup. Sementara uang 1,2 M menjadi dana abadi.


Pembaca, bila Anda membutuhkan ilustrasi, silakan Anda menulis email dengan data nama Anda, tanggal lahir dan besar income per bulan ke wnugroho@sequisfriend.com. Saya akan kirimkan ilustrasi melalui alamat email Anda. Silakan Anda pelajari, dan saya siap memberikan penjelasan lebih lanjut. Sayangilah keluarga Anda dengan memproteksi income Anda, segera. Terima kasih.

Minggu, 16 Desember 2007

PROTEKSI KELUARGA

PROTEKSI INCOME

Mengapa income harus diproteksi? Harus banget. Income-lah yang membuat suatu keluarga tetap bisa berjalan. Income yang membuat rekening listrik-air-telepon tetap bisa terbayar. Income yang membuat biaya sekolah dapat dilunasi setiap bulan. Income yang membuat setiap ibu rumah tangga bisa belanja setiap hari. Income yang membuat setiap keluarga punya tabungan. Bagaimana kalau Ayah bilang ke Bunda, “Bunda, bulan depan Ayah cuti dapat gaji sebulan”

Bisa kacau operasional rumah tangga! Bisa jadi ada piring terbang di rumah ya. Mungkin bunda akan bertanya, “Ayah, bagaimana semua rekening, biaya sekolah, dan belanja harian bisa terbayar? Bunda nggak bisa nabung dong.” Iya, itu kalau cuma cuti sebulan. Bagaimana kalau harus cuti selamanya karena Ayah mengalami kondisi sakit yang berat. Atau mungkin terpaksa harus menghembuskan nafas terakhir.

Dari gambaran di atas, kita mendapat satu formula

INCOME = PENGELUARAN + TABUNGAN

Begitu pentingnya income sehingga harus dilindungi. Bila seorang Ayah meninggal, biasanya income-nya ikut "meninggal". Padahal semua kebutuhan hidup tidak mau tahu, tetap saja harus dibayar. Seringkali bahkan tidak mau ditunda. Bagaimana bila income sudah tiada? Telkom tidak mungkin menelpon Bunda dengan mengatakan, “Karena Ayah sudah meninggal, mulai bulan depan Bunda tidak perlu membayar telepon lagi.” Mustahil kan?

Sulit dibayangkan seorang Bunda yang biasanya dalam kondisi belum siap, harus menghadapi kondisi ini. Apa lagi bila putranya lebih dari satu. Tiba-tiba saja Bunda harus bekerja. Tidak mudah mencari pekerjaan untuk yang tidak biasa bekerja. Apalagi mendapat income seperti punya Ayah sebelum meninggal. Seandainyapun Bunda sudah punya income, biasanya tak sebesar income Ayah. Apalagi masa pendidikan putranya masih panjang.

Kesulitan finansial ini perlu diantisipasi, karena setiap orang pasti meninggal. Hanya kita tidak tahu kapan. Justru karena kita tidak tahu kapan, harus disiapkan PROTEKSI INCOME terlebih dahulu, agar keluarga (baca : ananda& Bunda) tidak mengalami kesulitan finansial setelah ditinggal kepala keluarga. Berapa besar proteksinya? Tergantung berapa income yang akan diproteksi. Ada satu formula baru

PROTEKSI INCOME = ( INCOME X 12 ) : BUNGA DEPOSITO

Besarnya PROTEKSI ditentukan oleh jumlah INCOME per bulan dan besar BUNGA DEPOSITO di bank yang dipilih. Untuk mudahnya BUNGA DEPOSITO dianggap 10% per tahun. Pada kenyataannya saat ini hampir tidak ada bank yang memberikan suku bunga 10% per tahun. Mari kita buat satu ilustrasi sebagai berikut.

Pak Hartono saat ini memiliki income Rp. 10.000.000 setiap bulan. Berbagai pengeluaran bulanan menghabiskan Rp. 9.000.000. Masih ada Rp. 1.000.000 yang bisa ditabung. Berapa besar PROTEKSI INCOME yang dibutuhkan keluarga pak Hartono?

PROTEKSI INCOME = ( 10.000.000 X 12 ) : 10%

Setelah dihitung hasilnya 1.200.000.000. Dengan pak Hartono memiliki PROTEKSI INCOME 1,2 Milyar, bila suatu ketika pak Hartono meninggal dunia keluarganya mendapatkan dana pengganti income sebesar 1,2 Milyar. Bu Hartono bisa menempatkan dana tersebut di deposito dengan suku bunga 10%. Dengan demikian bu Hartono bisa tetap memperoleh 120 juta setahun atau 10 juta sebulan. Sama dengan income pak Hartono sebelum meninggal.

Income pak Hartono tidak ikut "meninggal ", sekalipun pak Hartono sudah tiada. Bu Hartono tetap bisa belanja dengan kualitas seperti sebelumnya. Anak-anak tetap bisa sekolah karena dana tetap tersedia. Telkom, PLN dan PDAM tidak akan menghentikan pemakaian telpon-listrik-air. Bahkan jumlah 1,2 Milyar menjadi dana abadi bagi bu Hartono dan anak-anak. Pak Hartono telah menyelamatkan keluarganya dari kesulitan finansial yang mendadak harus terjadi. Sudahkah Anda menyiapkan PROTEKSI INCOME untuk keluarga?

Sabtu, 08 Desember 2007

PROTEKSI KELUARGA

Memiliki sebuah keluarga adalah idaman setiap wanita dan pria dewasa. Namun keluarga belumlah lengkap tanpa kehadiran anak. Kadang anak mudah didapat, kadang perlu usaha dengan waktu lama dan biaya luar biasa untuk menghadirkannya. Atas ijin Sang Pencipta jua satu keluarga dibilang lengkap. Ada tangis pembuka kehidupan yang melelehkan air mata bahagia sang bunda. Rasa lega melihat paras ananda yang sembilan bulan tumbuh dalam rahimnya.

Ayahanda tak kurang bahagia. Rasa syukur atas anugerah diterimanya seorang putra, menyemai di lubuk hatinya. Ia sadar, bahwa ia baru saja menerima titipan dari Sang Pencipta. Satu paket dengan tangisan pertama adalah KEWAJIBAN memberikan pendidikan dan penghidupan yang terbaik. Pendapatan yang dimiliki terdistribusi ke pos pembiayaan yang bertambah. Ada pos untuk makanan tambahan, baju bayi, kereta bayi, dan kebutuhan bayi lainnya.

Ananda bertumbuh. Ananda beradik. Keluarga bertambah, kebutuhan meningkat. Ayahanda bagaikan memikul rumah dengan isinya di atas pundaknya. Kadang lutut bergetar menahan berat beban kehidupan. Namun ayahanda harus bertahan, terus bekerja untuk menutup biaya. Apakah kehidupan akan berjalan lancar seterusnya? Apakah ada hal buruk yang bisa dialami? Apa pengaruhnya terhadap finansial keluarga?